Friday, March 1, 2013

Teknik-Teknik Evaluasi Pembelajaran

Posted by evaluasi belajar On 12:32 AM | 1 comment

oleh : Fitrial Izhaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mengevaluasi pengajaran seorang guru harus mengetahui cara, teknik atau metode-metode dalam mengevaluasi pengajaran agar evaluasi yang kita lakukan bisa mencapai segala aspek pengajaran. Dalam pendidikan di Indonesia sekarang ini masih banyak kekurangan yang kita temui, kadang kekurang itu bukan hadir dari keputusan awal semata. Akan tetapi juga muncul di sebabkan salahnya kita dalam mengevaluasi suatu pengajaran di indonesisa, jikalau semua guru mengetahui cara atau teknik mengevaluasi suatu hasil pembelajaran maka dengan sedianya keputusanpun dengan mudah kita ambil dan sesuai dengan apa yang kita harapkan nantinya.

Dalam dunia pendidikan manapun dan tingkat apapun, evaluasi adalah salah satu komponen paling penting, karena dengan adanya evaluasi kita bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan pengajaran suatu lembaga, sehingga lembaga tersebut akan memperbaiki semua kekurangan yang telah dilakukan dalam pembelajaran sebelumnya, dan nantinya pembelajaran akan lebih baik.

Sebelum kita melanjutkan lebih jauh, kita terlebih dahulu memahami dan mengetahui definisi dari evaluasi, ada beberapa pengertian dari evaluasi, salah satunya adalah proses pengumpulan data untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran dan aspek-aspeknya sudah tercapai atau belum, sehingga keputusan relevan dapat di ambil.

Alat-alat evaluasi hanya tersedia dua porsi yaitu, teknik tes dan non-tes. Untuk mengetahui lebih lanjut maka saya akan melampirkan atau akan membahasnya pada bab selanjutnya, sehingga kita dapat memahami pokok pembahasanya dengan lebih terperinci.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Istilah teknik sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari, “teknik-teknik” dapat kita artikan dengan “alat-alat” jika kita kaji lebih dalam, maka arti dari istilah teknik disini adalah cara-cara atau metode-metode. Jadi dalam hal ini kita dapat menyimpulkan bahwasanya “teknik evalusi pengajaran” adalah alat-alat dan cara-cara yang digunakan dalam proses pengumpulan data tentang hasil pembelajaran.

Dalam evaluasi terdapat dua teknik, teknik tes dan teknik non-tes. Istilah tes di ambil dari kata testum dalam bahasa prancis kuno yang mengandung arti piring untuk penyulingan logam-logam mulia seperti emas, perak, perunggu. Akan tetapi ada juga yang mengartikan bahwa testum adalah sebuah piring yang terbuat dari tanah.

tes memiliki banyak istilah yang memerlukan penjelasannya, yaitu istilah test, testing, tester dan testee, yang mana setiap istilah mempunyai pengertian yang berbeda. Test adalah alat untuk mengukur dan menilai suatu objek. Testing adalah waktu berlangsungnya pengukuran dan penilaian. Tester adalah orang yang melakukan pengukuran dan penilaian, dan testee adalang objek pengukuran dan penilaian atau orang yang diukur dan dinilai.

Dari pengertian dan penjelasan tes di atas maka kita dapat pahami bahwa tes adalah alat yang digunakan dalam penilaian dan penseleksian serta pengukuran terhadap objek yang telah ditentukan. Jika kita mengkaji dalam segi pendidikan maka tes merupakan alat yang digunakan dalam rangka menilai dan mengukur sejauh mana pendidikan dan seberapa besar kesuksesan yang telah dicapai selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga dengan demikian kita dapat menentukan kebijakan yang harus dilakukan kedepannya.

B. Fungsi Tes
Dalam garis besar, ada dua macam fungsi yand dimiliki oleh tes, yaitu:
1. Tes sebagai alat pengukur atau penilai terhadap peserta didik. Dalam hal ini tes berfungsi mengukur dan menilai besarnya perkembangan yang terjadi pada siswa didik setelah berlangsungnya proses pembelajaran.
2. Tes sebagai alat mengukur dan menilai keberhasilan program pembelajaran atau kurikulum, oleh karana adanya tes, maka kita dapat mengetahui seberapa jauh ketercapaian program pembelajaran yang telah ditentukan.
3. Tes sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran, sehingga dengan mudah kita mengetahui pencapaian kompetensi.

C. Prosedur Melaksanakan Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Dalam evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila prosesdur yang dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi, teknikapa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb).
2. Pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan).
3. Verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb).
4. Pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di olah dengan statistikatau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS ).
5. penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.

D. Teknik-Teknik Evaluasi Pengajaran
Dalam evaluasi secara garis besar, mempunyai dua macam teknik evaluasi, yaitu: teknik tes dan teknik non tes.

1. Teknik Tes
Sebagai alat pengukur dan penilai, tes ada beberapa macam model menurut pemakain dan waktu atau kapan digunakannya tes tersebut Model-model tes tersebut, yaitu: a. Tes Seleksi, b. Tes Awal, c. Tes Akhir, d. Tes Diagnostik, e. Tes Formatif, f. Tes Sumatif.
a. Tes Seleksi
Tes seleksi ini tak jarang lagi kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Tes ini juga bisa kita sebut, tes penyaringan bagi calon siswa tahun ajaran baru yang ingin memasuki suatu lembaga sekolah. Materi tes yang digunakan dalam tes ini hanyalah materi prasyarat untuk mengikuti atau melanjutkan ke pendidikan selanjutnya. Misalnya seorang siswa akan melanjutkan studinya di perguruan tinggi IAIN di prodi bahasa arab, maka siswa tersebut akan di beri ujian atau tes seleksi yang soalnya mengenai bahasa arab. Apabila nilai yang didapatkannya memenuhi syarat dan nilainya tinggi maka siswa tersebut dapat melanjutkan studinya di IAIN. Tes ini bisa juga kita laksanakan secara lisan, secara tulis dan secara perbuatan.

b. Tes Awal
Tes ini juga sering kita dengar dengan istilah pre-test. Tes ini digunakan pada saat akan berlangsungnya penyempaian materi yang akan di ajarkan oleh guru kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan yang akan di ajarkan telah dapat di kuasai oleh siswa didik. Tes ini mengandung makna, yaitu: tes yang dilaksankan sebelum berlangsungnya proses pembelajaran terjadi. Materi tes yang di berikan harus berkenaan dengan materi yang akan diajarkan dan soalnya mudah-mudah akan tetapi memenuhi pokok pembahasan yang seharusnya materi tersebut telah dikuasai oleh siswa. Contoh soal tentang huruf jarr yang di tanyakan pada mahasiswa bahasa arab semester lima. Dengan catatan apa bila semua soal tes awal dapat dijawab atau dikuasai dengan baik dan benar, maka materi tes yang ditanyakan tidak akan diajarkan lagi, dan apabila materi tes yang ditanya belum cukup dipahami siswa, maka guru hanya mengajarkan materi yang belum dipahami. Tes ini dapat dilaksanakan dan dilakukan dengan tes lisan dan tulisan.

c. Tes Akhir
Tes ini lebih banyak diketahui dengan post-test. tes ini dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran suatu materi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi dan pokok penting materi yang dipelajari. Materi tes ini barkaitan dengan materi yang telah diajarkan kepada siswa sebelumnya, terutama materi tentang sub-sub penting pelajaran. Naskah tes akhir sama dengan tes awal supaya guru kita dapat mengetahui mana lebih baik hasil kedua tes tentang pemahaman siswa. Apabila siswa lebih memahami suatu materi setelah proses pembelajaran maka, program pengajaran dinilai berhasil.

d. Tes Diagnostik
Tes ini adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga dengan mengetahui kelemahan siswa tersebut, maka kita bisa memperlakukan siswa tersebut dengan tepat. Materi tes yang ditanya dalam tes diagnostik biasanya mengenai hal-hal tertentu yang juga merupakan pengalaman sulit bagi siswa. Tes ini dapat dilaksanakan dengan cara lisan, tulisan, atau dengan mengkaloborasi kedua cara tes. dalam catatan, tes ini hanya untuk memeriksa, jika hasil pemeriksaan tersebut membuktikan kelemahan daya serap siswa maka terhadap suatu pembelajaran. Maka siswa tersebut akan dilakukan pembimbingan secara khusus kepadanya.

e. Tes Formatif
Tes ini merupakan tes hasil belajar yang tujuannya untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai pelajaran setelah mengikuti proses pembelajaran dlam jangka wakt yang telah ditentukan, tes ini dilaksanakan biasanya di tengah-tengah perjalanan program pembelajaran. Tes ini juga disebut dengan “ujian harian”. Materi tes ini adalah materi yang telah di sampaikan kepada siswa sebelumnya. Soalnya bisa dalam tingkat mudah maupun sulit. Dalam tes ini, jika siswa telah menguasai materi yang telah diajarkan dengan baik, maka guru akan menyampaikan materi selanjutnya. Dan apabila materi belum dapat dikuasai secara menyeluruh, maka guru harus mengajarkan bagian materi yang belum dipahami.

f. Tes Sumatif
Tes ini tidak asing bagi siswa, karena tes ini adalah tes akhir dari program pembelajaran. Tes ini juga bisa disebut EBTA, tes akhir semestes, UAN. Tes ini dilaksanaka pada akhir program pembelajaran. Seperti setiap akhir semester, akhir tahun. Materinya yang di tes adalah materi yang telah diajar kan selama satu semester. Dengan demikian materi ini lebih banyak dari materi te yang ada pada tes formatif. Tes ini biasanya dilakukan dengan cara tulisan, dan biasanya siswa memperoleh soal yang sama satu sama lain. Tes ini memiliki tingkat tes yang sukar atau lebih berat dari tes formatif. Dengan ada tes ini maka kita bisa menentukan peringkat atau rangking siswa selama program pembelajaran, dan juga tes ini menentukan kelayakan seorang siswa untuk mengikuti program pembelajaran selanjutnya.

2. Teknik Non-Tes
Non tes adalah alat mengevaluasi yang biasanya di gunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa non-tes sebagai alat evaluasi, diantaranya: a. skala bertingkat, b. kuesioner, c. daftar cocok, d. wawancara, e. pengamatan, f. riwayat hidup.

a. Skala Bertingkat
Skala bertingkat menggambarkan suatu nilai yang berwujud angka terhadap suatu hasil penentuan. Kita dapat menilai hampir segala aspek dengan skala. Dengan maksud agar pencatatannya objektif, maka penilaian terhadap penampilan atau pengambaran kepribadian seseorang disiapkan dalam bentuk skala.

b. Kuesioner
Kuesioner juga dapat di artikan angket yang digunakan sebagai alat bantu dalam rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar. Dengan adanya angket yang harus diisi oleh siswa maka guru akan mengetahui keadaan, pengalaman, pengetahuan dan tingkah. Angket atau soal kuesioner dapat di berikan secara langsung dan dijawab atau diisi langsung oleh objeknya, ini dikatakan kuesioner langsung. Dan jika angket atau soal kuesioner dikirim dan diisi oleh orang lain ( sanak saudaranya), namun soalnya dituju untuk objek, ini disebut kuesioner tidak langsung. Dengan cara tes ini lebih menghemat waktu dan tenaga.

c. Daftar Cocok
Daftar cocok adalah deretan pertanyaan yang singkat serta mudah dipahami oleh penjawabnya dengan cara menconteng saja,Contoh:
Berikanlah tanda conteng pada kolom yang sesui dengan pendapatnya.
Pendapat
pernyataan penting biasa Tidak penting
1. Rajin belajar
2. Suka membaca
3. Sering bolos
4. Cepat memahami

d. Wawancara
Wawancara juga disebut dengan interview, secara umum adalah proses pengumpulan keterangan yang dilakukang dengan tanya jawab lisan sepihak, bertatap muka langsung, dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Wawancara dapat dibedakan dengan dua jenis: 1. wawancara terpimpin,yang materi pertanyaannya telah terstruktur dengan tujuannya 2. wawacara bebas, yang materi yang ditanyakan bebas tidak terstruktur akan tetapi mempunyai tujuan. Objeknya bisa pada siswa langsung atau orang tuanya.

e. Pengamatan
Pengamatan atau observasi adalah sebuah cara menghimpun data yang dilakukan oleh guru kepada peserta didiknya dengan cara pengamatan yang teliti dan mencatat hasil pengamatan secara sistematis. Observasi atau pengamatan dapat dibedakan menjadi 3 bentuk: 1. Pengamatan partisipan adalah pengamatan yang pengamatnya langsung memasuki dan mengikuti kegiatan yang sedang diamati. Seperti pengamatan tentang pertanian, maka pengamat harus bergabung menjadi petani. 2. Pengamatan sistematik adalah observasi dimana faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis, dan sudah diatur menurut kata gorinya. Pengamatan ini dilakukan di luar dari kelompok yang ingin diamati. 3. Pengamatan eksperimental akan terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsure-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.

f. Riwayat hidup
Riwayat hidup juga bisa kita katakan curiculum vite (CV). Atau gambaran hidup peserta didik, dalam segala aspek. Dengan mengkaji atau menganalisis dukumen atau riwayat hidupnya maka seorang guru akan dapat menarik kesimpulan tentang tingkah laku atau kepribadian dan sikap dari peserta didik. Soal-soal yang biasa digunakan seperti. Nama siswa, status dalam keluarga, agama yang dianut, prestasinya dll.

E. Ciri-Ciri Tes yang Baik
Tes akan dikatakan baik sebagai alat pengukur apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Validitas
Maksud dari validitas adalah apa bila tes tersebut sesuai dengan materi pembelajaran. Kata lainnya adalah nilai tes tersebut tepat atau mempunyai nilai ketepatan jawabanya. Contoh: untuk mengukur pertisipasi siswa terhadap proses pembelajaran dapat dilahat melaluai kehadiran, terpusatnya perhatian siswa pada pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti yang relevan pada permasalahan.

2. Realibilitas
Maksud dari reabilitas tes adalah apa bila tes tersebut dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Dengan kata lain, jika diberikan kepada siswa tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka siswa akan tetap berada dalam urutan atau tingkatan yang sama dalam kelompoknya.

3. Objektivitas
Maksud dari objektivitas tes adalah tidak adanya unsur pribadi antara guru dengan peserta didik baik dalam aspek membuat soal maupun dalam skoringnya.

4. Praktis dan Ekonomis
Istilah ini telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tes yang dimaksud dengan praktis dan ekonomis adalah sebuah tes tidak boros waktu ataupun biaya, sehingga mudah diikuti oleh semua murid.


BAB III
KESIMPULAN

A. Pengertian
Istilah teknik sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari, “teknik-teknik” dapat kita artikan dengan “alat-alat” jika kita kaji lebih dalam, maka arti dari istilah teknik disini adalah cara-cara atau metode-metode. Jadi dalam hal ini kita dapat menyimpulkan bahwasanya “teknik evalusi pengajaran” adalah alat-alat dan cara-cara yang digunakan dalam proses pengumpulan data tentang hasil pembelajaran

B. Tenik-Teknik Evaluasi Pengajaran
Dalam evaluasi secara garis besar, mempunyai dua macam teknik evaluasi, yaitu: teknik tes dan teknik non tes.
1. Teknik Tes
Sebagai alat pengukur dan penilai, tes ada beberapa macam model menurut pemakain dan waktu atau kapan digunakannya tes tersebu. Model-model tes tersebut, yaitu: a. Tes Seleksi, b. Tes Awal, c. Tes Akhir, d. Tes Diagnostik, e. Tes Formatif, f. Tes Sumatif.
2. Teknik Non-Tes
Non tes adalah alat mengevaluasi yang biasanya di gunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa non-tes sebagai alat evaluasi, diantaranya: a. skala bertingkat, b. kuesioner, c. daftar cocok, d. wawancara, e. pengamatan, f. riwayat hidup.

C. Ciri-Ciri Tes yang Baik
Tes yang baeik apabila mengandung 4 aspek, yaitu: veliditas, realibilitas, objektivitas, praktis dan ekonomis.


DAFTAR PUSTAKA


Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2007.

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT bumi Aksara, 2009.

Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi KBK, Jakarta: PT kencana Prenada Media Group, 2008.
http://www.ikatanserjanateknologipendidikan.com, diakses 15 januari 2011.

semoga bermanfaat

Thursday, February 28, 2013

Kurikulum Berbasis Kompetensi

Posted by evaluasi belajar On 8:10 PM | 2 comments
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan dalam kelas, ruang ataupun tempat-tempat lainnya yang diselenggarakan oleh guru, selalu bermula dari dan bermuara pada komponen-komponen pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru merupakan bagian utama dari pendidikan formal yang syarat mutlaknya yaitu harus adanya kurikulum sebagai pedoman. Dengan demikian guru dalam membuat dan merencanakan suatu program maupun dalam melaksanakan proses pembelajaran akan senantiasa berpedoman pada kurikulum.

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Tanpa kurikulum, maka proses pendidikan tidak akan berjalan dengan baik. Kurikulum diperlukan sebagai salah satu komponen untuk menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam kurikulum terangkum berbagai kegiatan dan pola pengajaran yang dapat menentukan arah proses pembelajaran. Itulah sebabnya, menelaah dan mengkaji kurikulum merupakan suatu kewajiban guru.

Dewasa ini, banyak kita lihat bahkan alami sendiri, banyak dari guru-guru dalam sebuah instansi pendidikan yang tidak menjalankan dan memperhatikan apa yang terdapat dalam kurikulun itu sendiri. Intinya, mereka tidak menjadikan kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam pelaksanaan proses pendidikan. Dapat anda bayangkan, bagaimana jika hal ini terjadi secara berkesinambungan, maka dipastikan dunia pendidikan tidak menghasilkan peserta didik yang handal di bidangnya masing-masing, dan hal ini juga akan menimbulkan berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan, baik itu dari peserta didik, instansi bahkan dari guru itu sendiri.

Dengan demikian, untuk mengindari dan meminimalisirkan bebagai kemungkinan-kemungkinan yang kurang baik dalam dunia pendidikan dan sekaligus untuk memajukan pendidikan, maka pemerintah membuat sebuah kurikulum yang dinamakan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau yang kita kenal dengan Kurikulum 2004. Berikut ini akan dibahas tentang pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), tujuan, komponen serta silabusnya, dan hal-hal lain yang penulis anggap perlu untuk dipaparkan dalam makalah ini.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum merupakan seperangkat pelajaran yang harus diberikan kepada siswa dengan metode tertentu dan pengalaman belajar yang relavan dengan tujuan pembelajaran dibawah tanggung jawab sekolah.

Dengan adanya kurikulum, maka kegiatan pembelajaran akan terarah sehingga tujuan pendidikan akan tercapai dan terlaksana dengan baik. Dalm hal ini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam penyampaian bahan ajar, agar peserta didik bisa lebih mengerti dalam pengaplikasiannya.

Kompetensi merupakan gabungan dari berbagai pengetahuan dan keterampilan serta aspek-aspek nilai dan tingkah laku yang dituangkan dan dipraktekkan dalam kebiasaan berfikir dan berbuat.

Dari pengertian di atas, maka jelas bahwa suatu kompetensi harus didukung oleh pengetahuan, keterampilan, aspek nilai dan tingkah laku yang harus dimiliki oleh seseorang, yang mana keseluruhan tersebut harus menjadi bagian dari dirinya sehingga akan mempengaruhi dan memberi perubahan pada perilaku kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Oleh karena itu, kompetensi bukan hanya ada dari pengetahuan belaka, akan tetapi sebuah kompetensi itu harus tergambarkan dalam pola perilaku. Artinya seseorang dikatakan memiliki dan mempunyai kompetensi tertentu, apabila ia bukan hanya sekedar tahu tentang sesuatu itu, tetapi dia juga tahu bagaimana mempraktekkan dan menggunakan pengetahuan itu dalam perilaku atau kegiatan yang dia kerjakan.

Berdasarkan pengertian dari kurikulum dan kompetensi di atas, “Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.”

Adapun Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menurut penulis adalah: seperangkat rencana dan pengaturan kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai peserta didik, untuk meningkatkan pengembangan kemampuan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap peserta didik itu sendiri, sehingga tercapainya tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan nasional.

B. Karakteristik dan Tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Dari pengertian KBK di atas, kita dapat melihat dan memahami adanya dua makna yang tersirat. Pertama, KBK mengharapkan adanya hasil dan pengaruh yang diharapkan timbul pada peserta didik melalui proses pengalaman kegiatan belajar dan mengajar yang bermakna, dan kedua, KBK memberikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar sesuai dengan keberagaman masing-masing.
Dari dua makna di atas, makna pertama mengandung pengertian, dalam KBK peserta didik tidak hanya dituntut untuk belajar dan mengetahui apa-apa yang diajarkan, tetapi peserta didik lebih dituntut untuk mengaplikasikan dari apa yang didapatkan selama kegiatan pembelajaran. Dengan adanya hal ini, maka peserta didik setelah keluar dari suatu instansi pendidikan maka dia dapat melakukan dan mengamalkan apa yang telah didapatkan selama kegiatan pembelajaran tersebut sehingga akan memberikan dampak dan hasil yang memuaskan bagi dirinya dan masyarakat lain. Apalagi di zaman yang serba maju ini, maka setiap individu secara tidak langsung telah dituntut untuk bersaing dalam segi apapun dalam kehidupannya, karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dan bagaimana kehidupan kita nantinya, dan hanya orang-orang yang berilmu dan berkompetenlah yang sanggup untuk menghadapi masa tersebut.

Makna kedua mengandung pengertian, pada diri setiap peserta didik terdapat kemampuan dan bakat yang berbeda-beda, dalam KBK, kemampuan dan bakat tersebut sangat dihargai dan diberi peluang ataupun kesempatan bagi peserta didik untuk belajar dan mengembangkannya sesuai dengan keberagaman masing-masing. Karena adanya keberagaman itulah, maka seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dalam membangkitkan dan memberikan sebuah respon, agar keberagaman yang ada pada setiap peserta didik tersebut dapat mereka keluarkan dan mereka optimalkan denagn baik, hingga akhirnya mereka mendapatkan apa yang sesuai dengan kemampuan dan bakat yang mereka miliki.

Berdasarkan makna yang telah diuraikan di atas, maka KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki tiga karakteristik utama, yaitu:
1. KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh setiap peserta didik. Artinya peserta didik diharapkan untuk memiliki kemampuan standar yang harus dikuasai, sehingga adanya manfaat dari apa yang telah diajarkan.
2. Implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan kepada proses pengalaman dengan memperhatikan keberagaman kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh setiap individu. Artinya pembelajaran tersebut dapat memberikan dampak dan hasil yang baik bagi peserta didik, dan berguna dalam menunjang dan mengasah kemampuan serta kegiatan berfikirnya.
3. Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan proses kegiatan pembelajaran. Kedua sisi ini sama pentingnya agar pencapaian standar kompetensidilakukan secara utuh antara aspek pengetahuan dan sikap serta keterampilan.
Setelah kita memahami karakteristik dari KBK, maka apa sebenarnya tujuan yang ingin dicapai oleh kurikulum ini.dari paparan karakteristik di atas, maka menurut penulis tujuan dari KBK adalah: untuk mengembangkan kemampuan dan bakat yang telah dimiliki oleh setiap peserta didik, dan juga memberikan pengetahuan-pengetahuan yang baru, agar mereka dapat menggunakan dan mengoptimalkan kemampuan dan bakat tersebut, sehingga mereka memiliki keterampilan dibarengi dengan tingkah laku yang baik dan dapat membuat mereka lebih terarah serta maju dalam kehidupannya.

C. Komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan kerangka pokok yang memiliki empat komponen yaitu:
1. Kurikulum dan hasil belajar, di dalamnya berisi perencanaan pengembangan kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan dari sejak lahir hingga selesai di sekolah tingkat menengah (kira-kira pada umur 18 tahun).
2. Penilaian berbasis kelas, di dalamnya berisi prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih pasti dan akurat serta konsisten.
3. Kegiatan belajar dan mengajar, di dalamnya berisi gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
4. Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, di dalamnya berisi berbagai bentuk pola pengembangan dan pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu pendidikan, sehingga berdampak baik bagi nasib bangsa dan Negara kedepannya.

Sebagai suatu sistem kurikulum nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mengakomodasikan berbagai perbedaan secara tanggap budaya dengan memadukan berbagai kepentingan dan kualitas daerah. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menerapkan strategi pembelajaran yang memberikan pengaruh bagi peserta didik dan bukan hanya sekedar tahu sebuah konsep ataupun pengetahuan saja, tetapi juga untuk diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

D. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan silabus
1. Keterkaitan KBK dengan Silabus
Silabus adalah sebuah rancangan kegiatan tertulis yang di kembangkan oleh tenaga pendidik sebagai rencana pembelajaran selama satu semester. Silabus merupakan pertanggungjawaban atas kesungguhan dan profesional tenaga pendidik terhadap peserta didiknya.
Pegembangan silabus merupakan upaya dari pengembangan dan pelaksanaan kurikulum, pengelolaan kurikulum dan apa-apa yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Silabus dapat dijadikan sebagai indikator dari profesionalisme pendidik, seorang tenaga pendidik yang professional akan selalu menyiapkan silabus dalam proses pembelajarannya, agar kegiatan pembelajaran dapat lebih efektif, efisien, baik dan menarik serta mendapatkan hasil yang memuaskan.
Silabus yang bagus terdiri dari beberapa unsure yang saling berkaitan dan sistematis. Unsure-unsur tersebut meliputi: kompetensi dasar, hasil belajar, indicator hasil belajar, sumber belajar dan penilaian.
2. Strategi Penyusunan Silabus
Strategi penyusunan silabus dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Perencanaan
Para pendidik yang bertugas menyusun silabus, hendaknya mempersiapkan terlebih dahulu bahan-bahan, informasi, serta semua yang berkaitan dengan mata pelajaran yang akan dikembangkan di dalam silabus. Agar mata pelajaran yang dikembangkan itu sesuai dengan yang diinginkan, sehingga nantinya dapat menghasilkan sebuah silabus yang baik.

b) Pelaksanaan
Dalam penyusunan silabus, terlebih dahulu perlu menganalisis seluruh perangkat Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Pertama, memahami keseluruhan konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, kajian perangkat kebijakan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang menggambarkan tentang hakikat Kurikulum Berbasis Kompetensi, struktur kurikulum Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Kedua, merumuskan tujuan pembelajaran dan menentukan materi pelajaran dengan menggunakan perangkat kurikulum dan hasil belajar yang memuat tiga komponen utama, yaitu: kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator hasil belajar.

Ketiga, menentukan langkah-langkah pembelajaran dengan mengacu pada perangkat kegiatan belajar mengajar yang menggambarkan model-model pembelajaran.

Keempat, menentukan cara dan alat penilaian dengan menggunakan perangkat penilaian berbasis kelas yang menyiapkan dan menggambarkan tentang system penilaian yang sesuai dengan misi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

c) Perbaikan
Draf silabus yang sudah dirancang dan dibuat, perlu dikaji ulang kembali sebelum digunakan dalam kegiatan proses belajar dan mengajar di kelas. Para pengkaji dapat terdiri atas para spesialis kurikulum, ahli mata pelajaran, ahli metode pembelajaran, ahli penilaian, dan berbagai pihak yang kompeten di bidang kurikulum dan pembelajaran.

d) Pemantapan
Setelah dilakukan pengkajian ulang, maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki dan memantapkan silabus. Apabila telah memenuhi criteria yang cukup baik, dapat segera dilaksanakan di kelas, sambil terus memperbaiki segi-segi yang kurang sehingga dapat lebih mantap untuk kedepannya.

E. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi di sekolah sangat erat kaitannya dengan kebijakan Depdiknas mengenai peningkatan mutu pendidikan. Dalam pengembangan silabus yang telah dirancang dan dibuat dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, perlu diperhatikan arah dan fokussetiap jenjang pendidikan sebagai berikut:
1. Taman kanak-kanak
Taman kanak-kanak difokuskan pada peletakkan dasar-dasar pengembangan sikap, pengetahuan, kterampilan, dan daya cipta sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Adapun pelaksanaan kegiatan pembelajaran di TK diintegrasikan dalam tiga bidang pengembangan yaitu:
a. Pengembangan moral dan nilai keagamaan, meliputi: agama, kewarganegaraan, dan budi pekerti.
b. Pengembangan social dan emosi meliputi: ilmu masyarakat dan pengendalian kematangan emosi.
c. Pengembangan kemampuan dasar meliputi: perkembangan bahasa, kognitif dan fusik.

2. Sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah
Sekolah dasar dan ibtidaiyah dimaksud untuk menghasilkan lulusan yang memiliki dasar-dasar karakter, kecakapan, keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal sehingga memiliki ketahanan dan keberhasilan dalam pendidikan lanjutan.

Pendekatan di kelas rendah (kelas I dan II) menggunakan pendekatan tematik, yaitu untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan pengelolaan waktunya ditetapkan sekolah. Pembelajaran di kelas tinggi (kelas II-VII) menggunakan sistem mata pelajaran.

3. Sekolah menengah
Sekolah menengah yang bersifat umum terdiri atas: sekolah menengah pertama dan madrasah tsanawiyah, dan sekolah menengah atas dan madrasah ‘aliyah.
Penyelenggaraan sekolah menengah dimaksud untuk menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang kuat untuk digunakan dalam mengadakan hubungan timbale balik dengan lingkungan social, budaya dan alam sekitar, serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan lebih lanjut.

F. Evaluasi pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi
Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. (dikutip dari Bloom et.all 1971).
Evaluasi sendiri memiliki beberapa prinsip dasar yaitu ;
1. Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembelajaran bagi masyarakat.
2. Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilkukan dengan metode yang berbeda.
3. Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwennag untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya membantu memberikan alternatif.
4. Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
5. Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.
6. evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.
7. Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi.
8. Evaluasi akan mntap apabila dilkukan dengan instrumen dan teknik yang aplicable.
9. Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi program.
10. Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sesungguhnya evaluasi adalah proses mengukur dan menilai terhadap suatu objek dengan menampilkan hubungan sebab akibat diantara faktor yang mempengaruhi objek tersebut.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran.
Evaluasi pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu:
1. Fungsi selektif
2. Fungsi diagnostik
3. Fungsi penempatan
4. Fungsi keberhasilan
Maksud dilakukannya evaluasi adalah:
1. Sebagai perbaikan system
2. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
3. Penentuan tindak lanjut pengembangan

TEKNIK EVALUASI
Teknik evaluasi dalam KBK digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non Tes.
1. Teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup.

a. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.

b. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.

c. Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai.

d. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informsi-informasi yang diperlukan saja.

e. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakn dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 3 macam yaitu : (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok yang diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang diamati. Pengamat telah membuat list faktor faktor yang telah diprediksi sebagai memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam obejek pengamatan.

f. Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.
2. Teknik tes. Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu :
a. tes diagnostik
b. tes formatif
c. tes sumatif

PROSEDUR MELAKSANAKAN EVALUASI
Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila prosesdur yang dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
a. perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi, teknikapa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb)
b. pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan)
c. verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
d. pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di olah dengan statistikatau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS )
e. penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.
G. Guru Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
1. Peran guru
Keberhasilan pelaksanaan suatu program pembelajaran sangat tergantung oleh guru. Ini dikarenakan guru merupakan ujung tombak dalam kegiatan belajar dan mengajar. Sebuah kurikulum tidak akan berhasil tanpa adanya kerja keras dan usaha yang maksimal dari guru.
Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, peran guru dapat ditinjau dari beberapa aspek,yaitu peran guru sebagai perencana, peran sebagai pengelola, peran sebagai fasilitator, dan peran sebagai evaluator.
b. Peran guru sebagai perencana pembelajaran
Keberhasilan dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat dipengaruhi oleh perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru. Bila seorang guru piawai dalam menyusun rencana pembelajaran, maka hal tersebut dapat menentukan keberhasilan program pembelajaran. Dalam proses penyusunannya KBK memberikan peluang kepada guru untuk mengembangkan rencana pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik serta lingkungan dan social budayanya.
c. Peran guru sebagai pengelola pembelajaran
Seorang guru harus bisa mengelola dan membuat kegiatan pembelajaran jadi lebih menyenangkan dan kondusif bagi peserta didik, dengan mengedepankan aspek-aspek yang sesuai dengan peserta didik, sehingga pembelajaran jadi lebih bermakna.
d. Peran guru sebagai fasilitator
Dalam kegiatan pembelajaran guru hanya berperan sebagai fasilitator, sehingga kemampuan peserta didik yang dikedepankan bukan guru.dan guru hanya mengarah dan memberikan petunjuk bagi peserta didik.
e. Peran guru sebagai evaluator
Dalam hal ini, guru tidak hanya berperan menilai peserta didik, tetapi dari hasil belajar yang diperoleh dari peserta didik dapat dijadikan evaluasi bagi guru itu sendiri, sehingga kelemahan-kelemahan yang timbul bisa segera diperbaiki oleh guru. Baik dalam hal bahan, metode ataupun yang lainnya.
2. Kompetensi Guru Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kompetensi pada dasarnya adalah daya cakap, daya rasa, dan daya tindak seseorang yang siap diaktualisasikan ketika menghadapi tantangan kehidupannya, baik masa kini maupun masa akan datang.
Jadi guru dituntut untuk mengerahkan segala kemampuannya agar sebuah kurikulum itu dapat memberikan dampak yang baik bagi peserta didik khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.

Penerapan Kompetensi Dalam Pembelajaran
Ada berbagai model pembelajaran yang bisa digunakan guru dalam menunjang kompetensinya dan membuat kegiatan pembelajaran jadi lebih bermakna dan baik, diantaranya:
a. Pembelajaran langsung
b. Pembelajaran kooperatif
c. Pembelajaran berbasis pada masalah
d. Pembelajaran berbasis kompetensi
e. Pembelajaran dengan pendekatan kontesktual
f. Belajar tuntas
g. Konstruktivisme, dan lain-lainnya
Dari model-model di atas, pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual menjadi pilihan utama dalam panduan ini karena dua hal, yaitu: pertama, kehadiran KBK dijiwai oleh semangat kompetensi yang hendak dicapai melalui pembelajaran, dan kedua, kompetensi akan lebih cepat tercapai apabila dalam pembelajarannya didukung oleh konteks atau kenyataan yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.



BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat penulis rangkumkan dari makalah ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kurikulum merupakan seperangkat pelajaran yang harus diberikan kepada siswa dengan metode tertentu dan pengalaman belajar yang relavan dengan tujuan pembelajaran dibawah tanggung jawab sekolah.
2. Kompetensi merupakan gabungan dari berbagai pengetahuan dan keterampilan serta aspek-aspek nilai dan tingkah laku yang dituangkan dan dipraktekkan dalam kebiasaan berfikir dan berbuat.
3. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu
4. Adapun karakteristik dari KBK yaitu: KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh setiap peserta didik, Implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan kepada proses pengalaman dengan memperhatikan keberagaman kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh setiap individu, dan Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan proses kegiatan pembelajaran.
5. Adapun KBK memiliki empat komponen, yaitu: kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar mengajar, dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.
6. Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, peran guru dapat ditinjau dari beberapa aspek,yaitu peran guru sebagai perencana, peran sebagai pengelola, peran sebagai fasilitator, dan peran sebagai evaluator.

DAFTAR PUSTAKA

Furchan, Arief, et.al.., Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Di Perguruan Tinggi Agama Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Ibrahim, Sakdiah, Kurikulum dan Pembelajaran, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah, Banda Aceh: 2006.
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Muslich, Mansur, Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2005.
http://www.ikatansarjanatekhnologipendidikanindonesia.com,

Follow Meyzza Blog

Iklan

PPC Iklan Blogger Indonesia

Statistik